Jumat, 10 September 2010

Noir, Inversion, Melodrama

Hari ini seperti sebuah inversi Alice in Wonderland (mengutip kata2nya sutradara Fiksi), tiap tahunnya saya selalu mendengar khutbah ied soal suasana sendu seorang yatim yang tidak bisa berlebaran bersama ayahnya, atau dalam lingkup yang lebih luas sebuah keluarga yang bersedih karena berkurang keutuhannya pada lebaran tahun ini karena salah seorang anggotanya keburu wafat sebelum 1 Syawal.
suasana yang saya pikir (bodohnya) cuma ada di teks khutbah itu, beralih ke dunia nyata saya. jika Alice ada, saya ingin dia saja yang masuk ke teks khutbah itu!
tiap tahunnya, saya selalu bersalaman/cium tangan (setahu saya tidak ada sungkeman dalam tradisi berlebarannya orang2 betawi, termasuk keluarga saya) namun dengan khidmat kepada orang tua dan adik2 saya selepas pulang dari masjid buat shalat ied. namun hari ini beda. suasana lebaran yang tahun2 lalu ceria dan bisa dibilang hari yang benar2 membahagiakan berubah jadi suasana yang melodrama. jika terekam dalam sebuah film, rumah saya termasuk ke suasana di dalamnya bahkan ke dalam relung tiap penghuninya, niscaya para penonton sekalian hanya akan mendapati warna hitam-putih, khasnya film-film Noir, namun tanpa adegan kriminil apalagi seks.
ya, selepas pulang ied rumah masih terkunci, artinya mama (yang shalat iednya tidak di masjid seperti kami tapi di majlis talim bersama kaum ibu) belum pulang, padahal ia harusnya sudah di rumah.
seperti yang kuduga, mama ternyata masih ada di makam. dua orang adik sayapun ada di sana, kami tidak pulang bareng dari masjid, pergi barengpun tidak. makam keluarga di depan barat laut rumah saya. tentu saja ke makam Rafly. makam berusia 4 bulan itupun secara resmi mulai tahun ini tempat yang wajib kami kunjungi tiap 1 Syawal.
tahun2 sebelumnya hanya makam Nyai & Engkong (nenek&kakek kami menyebutnya) saja yang ku ziarahi, namun pagi ini makam Raflypun aku ziarahi. sebenarnya tidak ada yang aneh karena tiap Jumat pagipun kami selalu berziarah ke situ. namun pagi ini suasana benar2 memaksa kami untuk berMelodrama sejenak, tidak...tapi beberapa jenak.
masih ingat lidahku yang kelu dan tidak kuat melantunkan satu ayat dengan sempurnapun untuk kudoakan bagi adik tercintaku ini ketika 4 Mei lalu, pagi ini pun kembali begitu! tidak fokus. saya juga monotasking orangnya. artinya saya tidak bisa baca Yassin sambil menangis. sudahi dulu nangisnya, hentikan dulu airmatanya, baru lanjutkan lagi Yassinnya. agak lama karena sungguh Inversi kali ini kembali harus saya akui sangat menyesakkan.
Mama sepulangnya dari makam langsung ngeDrop lagi. Mama menangis sejadi-jadinya. kami semua bahkan ayah yang biasanya tegar di depan kami kali inipun tumbang. ada kata2nya mama yang benar2 semakin membuat ini semakin sulit, "Mama sayang Rafly dunia akhirat...".
akibat ngeDropnya kondisi mama, "mudik" ke Jakarta yang biasanya kami lakukan siang 1 syawal terpaksa diundur hingga besok.
saya juga baca notes & status beberapa sahabat yang juga mengalami kesedihan yang sama; ada yang tahun ini tanpa kakek, tanpa kakak, tanpa ayah...ya kita sama.
Jika kaum papa bersedih lebarannya tanpa ketupat dan baju baru, saya bersedih karena lebaran ini tanpa salah satu adik saya. masing2 punya ujian yang berbeda2 memang. saya mencoba bersyukur dengan kemapanan yang tidak seberapa ini, lalu juga ketidakutuhan ini. meski sedih, saya patut bersyukur, pasalnya saya tahu selalu ada yang di atas daripada saya. di berita tadi ada liputan tentang seorang bayi 3 bulan yang lebaran bersama kakek-neneknya tanpa kedua orangtua plus seorang kakaknya karena 3 bulan yang lalu mereka tewas akibat ledakan elpiji 12kg, bayi ini selamat dari kandungan ibunya yang kritis akibat ledakan lalu wafat setelah caesar kemudian.
Allah memberi banyak warna sebenarnya, namun apa daya hitam-putih Noir terlanjur menghiasi suasana rumah saya hari ini, semoga kesedihan tidak mengurangi rasa bersyukur kami.
apapun yang terjadi, inilah hari istimewa kita umat Muslim. tiada lagi jika bukan syukur yang harusnya kita rasakan! :) nih biar tambah yakin:

Dari Anas bin Malik Rasulullah s.a.w. bersabda " Pada malam Idul Fitri Allah membayarkan pahala orang-orang yang berpuasa Ramadhan, lalu Allah memerintahkan kepada malaikat-malaikatNya di pagi hari itu agar turun ke bumi, mereka berdiri di ujung-ujung jalan dan pintu-pintu masuk perkampungan seraya menyerukan kepada mahluk di bumi ini dengan suara lantang yang didengarkan oleh semua mahluk bumi kecuali manusia dan jin :wahai umat Muhammad keluarlah kepada Tuhanmu Yang Maha Besar, Menerima hal kecil, Membalas dengan kebesaran, Memaafkan dosa besar. Ketika mereka mulai berduyun-duyun ke masjid-masjid dan mendirikan sholat dan berdoa,maka Allah tidak mendengar permintaan mereka kecuali mengabulkan hajatnya,memberi permintaannya dan mengampui dosa-dosanya. Lalu mereka keluar dari masjid dalam keadaan diampuni oleh Allah".

-Depok, 1 Syawal 1431 H, 5''51pm-

1 komentar:

Noti mengatakan...

Semangat ya kak.

Posting Komentar